Rabu, 31 Oktober 2007

Lirik lagu The Red Molotov

Walaupun Kau telikung jalan kami,
Walaupun Kau jegal langkah kami,
Pastikan bahwa kami akan tetap mencintaiMu

Walaupun Kau singkirkan diri kami,
Walaupun Kau hinakan jati diri kami,
Pastikan bahwa kami akan tetap mencintaiMu

Kami akan tetap berarak, bersatu, menuju pasti kemenangan
Bukan semu tapi nyata
Bahwa keberanian adalah senjata

*Teruntuk jiwa2 yang merasa lelah: tetap semangatt!!

Senin, 29 Oktober 2007

Kisah Ulat dan Kura-Kura

Suatu hari ayah bercerita,

Ada kisah kura2 kecil bertemu dengan ulat 'nakal'.
Si kura2 hanya senang berlindung di balik cangkangnya. Sebab dengan cangkangnya ia dapat melindungi kerapuhannya.
Sementara ulat tampak liat, gemar meliuk2 dan bercengkrama dengan ragam hewan lainnya. Dia juga pandai menarik minat si kura2 untuk menjadi teman akrabnya. Membuat kura2 menjadi 'terbuka' dan semakin sering keluar dari cangkangnya, demi mendengar cerita si ulat setiap harinya.

Kura2 seringkali terpana dengan kisah2 ulat, maka kura2 menjulukinya 'ulat nakal'. Betapa tidak ia menjulukinya sbg 'ulat nakal'? Ulat tampak sering melompat2 mencicipi ragam rasa dalam hidupnya. Ia meloncat2 dari tanah kering ke tanah basah, dari dataran tinggi ke dataran rendah, dari daratan ke lautan, terkadang hanya untuk alasan yang sepele: yakni sekedar membantu menyenangkan hati teman2nya. Meski harus mengorbankan keselamatannya sendiri, ulat rela berbuat, entah. Ulat juga mampu survive di tengah 'kekecilannya' sbg ulat dibanding dengan hewan2 lainnya yang raksasa. Terkadang ulat juga 'nakal' menggoda kuntum bunga yang disinggahinya, pun menggoda bintang2 di angkasa dengan puisi2 gubahannya. Sungguh nakal.

Kura2 senang menemani ulat bercengkrama, berlama2, men-ceng-krama-kan aneka rupa pesona kejadian dunia. Seringkali kura2 merasa bahwa dirinya terlalu bawel, dengan banyak pertanyaan yang sering diajukannya pada ulat dan menuntut ulat untuk memberikan jawaban2 atas semua pertanyaannya. Ulat yang nakal, sering sekenanya saja memberikan jawaban jika sudah kehabisan akal, atau malah hanya menjawab dengan tertawa. Ihhhh, kura2 sering kesal: bukannya dijawab, malah ketawa. Tapi kura2 bahagia, sebab ada yang mendengarkannya, mendengarkan kura2 yang selama ini lebih sering berteriak dari dalam cangkang saja.

Malam2 mereka adalah malam2 interaksi yang selalu dipenuhi kejutan akan jutaan pertanyaan dari si kura2. Serta dipenuhi jawaban2 nakal dari si ulat nakal. Semuanya indah.

"Ayah, lantas mengapa kura2 begitu terpana pada ulat? bukankah mereka dua jenis makhluk yang berbeda? mengapa kura2 tidak terpana pada kura2 lainnya saja? apakah ia tidak memiliki teman sesama kura2?"

Ayah berkata: ketulusan hatilah akar dari semuanya, ketulusan hati ulat dalam menghadapi hidupnya membuat kura2 terpana dan menstimulasi munculnya ketulusan hati si kura2.

"Lantas ayah, apakah keduanya dapat tetap saling berbagi cerita selamanya?"

Ayah berkata: anakku, tak ada yg abadi di dunia, demikian pula dengan mereka. Mereka hanya bagian kecil dari mozaik alam semesta.

"Lantas, akhir ceritanya bagaimana ayah?"

Setau ayah, ayah hanya sempat mendengar saat si kura2 berdoa, begini kira2 doanya: Ya Tuhan, yang menciptakan diriku sebagai kura2, jadikanlah si ulat di suatu hari nanti tidak lagi menjadi ulat yg nakal. Semoga ulat, setelah melampaui masa2 'pertapaan'nya yang penuh uji dan coba, ia dapat bermetamorfosis menjadi kupu2 yang indah. Terbang bangga mengembangkan sayapnya, menatap dunia. Meski tanpa bersama kura2.

Iya, kura2 harus pergi, atas sebuah kondisi yang tak diinginkannya.

Oh ya, ayah juga sempat mendengar bisikan lirih dari kura2, saat kura2 beranjak hendak meninggalkan ulat yang ada di belakangnya. Kura2 berbisik sambil menunduk, namun langkahnya tetap dikuatkan, lirih bisikannya seperti tanpa harapan: Ulat, tolong temani kura2 ya jika kura2 suatu saat kelak kembali kepada tanah. Kan ulat biasanya suka menjadi teman bagi makhluk2 bernyawa yang telah menemui ajalnya kan? Biar kura2 gak merasa takut akan gelap di bawah tanah dan tetap bisa bercerita banyak pada ulat, seperti dulu. Maafkan kura2 ya, ulat.

Kamis, 18 Oktober 2007

Pelajaran Psikologis dari Sebuah Cerpen

--Aku dan Sendal Jepitnya--

Once upon a time,

Ada seorang cwo yang lagi pe-de-ka-te ama cwe idolanya (hah? 'idol'? vokalis indonesian idol yah tuh cwe? clarkkent clarkkent clarkkent alias ck...ck...ck...).
Trus cwo ini usaha banget ngajakin ngobrol tuh cwe sambil jalan.

Selftalk cwo: "duh ni cwe jalannya ngebut banget, ngos-ngosan juga nih. ah, u ngebut i kejar lah"

Si cwe, saking kurang empatinya, dia mah ngebut aja, cuek bebek gak peduli ama kondisi cwo yang jalan bareng dia. Udah biasa ngejar copet kali tuh cwe yaa, jd jalannya ngebut, atau udah biasa dikejar2 copet N tuh cwo dicurigai sbg copet. Takut dicopet kali yaa tuh hatinya si cwe...

Sambil jalan yang ngos-ngos-an ituu, si cwo nawarin bukunya buat dipilih si cwe sbg pemberian special. Parah! masa' mau ngasih buku ke cwe, sbg pemberian special, eh bukunya gak dibungkus kertas kado atao pita atao apa kek yang mengesankan romantis2 gituuu, masih ada harganya pula tertempel di buku tsb! Clarkkent clarkkent clarkkent...., ya pastinya laahh tuh cwe milih bukunya yang paling mahal aja, sebab ni cwe pernah denger pepatah bahwa 'yang mahal itu pasti bagus'. Hihihi, kind of cwe matre juga kali yee tuh cwe.

Trus, tiba2 nih sendal jepitnya cwo putus, n cwo gak berenti jalannya (masih tetap mengimbangi irama jalan si cwe), sambil ngambil sendalnya (dipindahin dari kaki ke tangan), diutak-utik bagian yg putusnya dengan cepat (sret-sret-sret), sementara sebelah kakinya itu tetep jalan sambil nyeker (you know nyeker? bertelanjang kaki!). OMG! Gubrak deh! Gak nyadar apah klo dalam proses pe-de-ka-te itu harus yang bagus2 ajah yg ditampilin? Emang gak pernah denger istilah 'Better Judge a book by its cover'?? Cwo yang anneehhh...

Si cwe, yg menyadari hal tsb, cuma bisa pasang tampang datar, padahal dalem otaknya pengen banget ngasi sinyal ke bagian bibir dan rahang dan wajah untuk dapat bergerak2 dengan cepat menandakan pose tertawa ngakak, serta tak lupa menginginkan otaknya tsb untuk mengirimkan sinyal pula ke bagian pita suara agar dapat mengeluarkan suara tertawa sekeras2nya. Hua-ha-ha-ha-ha-ha-hak!

Ya..ya...ya...rupanya sendal jepit juga bisa berempati pada tuannya yang sedang grogi.

Klo sendal jepit saja bisa berempati, maka si cwe juga mulai berempati pada si pencopet pemilik sendal jepit, sejak peristiwa itu.

Tamat.

--------

Lesson Number 1: Jangan sekali2 maksain jalan ama cwe yang suka jalan ngebut, apalagi klo napasnya gak kuat
Lesson Number 2: Jangan sekali2 maksain jalan ama cwe yang suka jalan ngebut, apalagi klo pake sendal jepit yang mau putus pula
Lesson Number 3: Berjuanglah demi cinta, wlo apapun yang terjadi, dan wlo malu2in diri sendiri
Lesson Number 4: Ternyata cinta memang bisa mengalahkan segala2nya, termasuk mengalahkan sendal jepit yang mau putus jd 'berdamai' dan mau dibenerin lagi tuh sendal jepitnya gak jd rusak deh :D

----------

Cerpen ini bisa jadi akan menjadi sebuah Tetralogi atau bahkan Hexalogi atau logi2 lainnya jika banyak, sangat bergantung pada kisah2 selanjutnya.

Sampai jumpa dan salam dari 'penutur cerita' yang ingin di-anonimuskan karya2nya untuk saat ini.

Selasa, 16 Oktober 2007

Love, ourselves N freedom

"love is not to be found in someone else, but in ourselves, we simply awaken it. but in order to do that, we need the other person, the universe only makes sense when we have someone to share our feelings with"

Freedom only exists when love is present. The person who gives him or herself wholly, the person who feels freest, is the person who loves most wholeheartedly. And the person who loves wholeheartedly feels free.

from ELEVEN MINUTES (maria's diary)
Paulo Coelho

Kamis, 11 Oktober 2007

Wajib Hunting niyh!



"Aku ingin mendaki puncak tantangan, menerjang batu granit kesulitan, menggoda mara bahaya, dan memecahkan misteri dengan sains. Aku ingin menghirup berupa-rupa pengalaman lalu terjun bebas menyelami labirin lika-liku hidup yang ujungnya tak dapat disangka. Aku mendamba kehidupan dengan kemungkinan-kemungkinan yang bereaksi satu sama lain seperti benturan molekul uranium: meletup tak terduga-duga, menyerap, mengikat, mengganda, berkembang, terurai, dan berpencar ke arah yang mengejutkan."

"Aku ingin ke tempat-tempat yang jauh, menjumpai beragam bahasa dan orang-orang asing. Aku ingin berkelana, menemukan arahku dengan membaca bintang gemintang. Aku ingin mengarungi padang dan gurun-gurun, ingin melepuh terbakar matahari, limbung dihantam angin, dan menciut dicengkeram dingin. Aku ingin kehidupan yang menggetarkan, penuh dengan penaklukan. Aku ingin hidup! Ingin merasakan sari pati hidup!"

Demikian, petikan dari novel terbaru Andrea Hirata yang berjudul Edensor, buku ketiga dari rangkaian empat novel yang dinamakan Tetralogi Laskar Pelangi (Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov).

Gilaaa, kalimat2nya inspiring bangeeee....d!
Pengen banget bisa jd manusia yg bisa 'menantang hidup' dan 'berpetualang' seperti itu. Aduh, tapi konstruksi pikir tradisional sbg perempuan yg harus begini harus begitu, makes me harus berpikir berulang2 nih. Hiks. Andai aku berani.



Selasa, 09 Oktober 2007

Bahkan puisi pun mengandung makna psikologis

Mending Wall
--Robert Frost--

Something there is that doesn't love a wall,
That sends the frozen-ground-swell under it,
And spills the upper boulders in the sun;
And makes gaps even two can pass abreast.
'Why do they make good neighbors? Isn't it
Where there are cows? But here there are no cows.
Before I built a wall I'd ask to know
What I was walling in or walling out,
And to whom I was like to give offense.
Something there is that doesn't love a wall,
That wants it down.'
----------------

Meresapi puisi di atas, ibarat mengungkap paradox dalam kemanusiaan manusia. Bahwa kita (manusia) menginginkan sebuah 'dinding', sebuah jarak untuk melindungi diri kita dari orang lain (outsiders), tapi juga di sisi lain kita butuh masa2 di mana 'dinding' tsb runtuh shg kita dapat berinteraksi dengan manusia lainnya. What a paradox!

Kalimat "Good fences make good neighbors" dimaknai sebagai 'positive sense in general conversation'. Maksudnya, coba deh inget2 dalam percakapan sehari2, klo kalimat2 yg kita utarakan pada lawan bicara kita adalah kalimat2 yg baik, secara otomatis (dalam konteks normal) si lawan bicara akan tergerak menghargai dan menyampaikan kalimat yang baik pula kepada kita.

Yang dimaksud sbg 'The fence' (pagar) tak lain adalah pikiran kita, imaginasi yang tak ingin diganggu (saat imaginasi tsb sdg bekerja) namun sangat ingin dibagi dengan orang lain yang berada di luar diri.

Hum, unik ya?